Mar 14, 2014

The Damned United

Saya sering menonton film dalam rangka menikmati solitude. Beberapa minggu yang lalu ketika sedang ber-solitude-ria saya menonton “The Damned United”, yang merupakan hasil adaptasi oleh Peter Morgan dari sebuah novel bestseller karya David Peace: “The Damned Utd”. Film ini tentang sepakbola, olahraga yang digemari banyak orang dari berbagai kalangan. Posting kali ini saya akan bercerita sedikit tentang film “The Damned United” ini.


The Damned United. Film hasil arahan sutradara Tom Hooper ini dirilis tahun 2009. Bagi penggemar sepakbola, terutama penggemar liga Inggris atau biasa disebut BPL (Barclays Premiere League), nama United pasti tidak asing. Namun jangan salah tafsir bahwa Manchester United yang akan diangkat dalam film ini. Maaf fans Man Utd, bukan karena saya fans Liverpool saya bilang begitu, memang dalam film ini sama sekali tidak ada Man Utd. Karena faktanya banyak klub lain lain yang bernama belakang ‘United’, seperti: West Ham United, Newcastle United, Carlisle United, Colchester United, Peterborough United, Rotherham United, Sheffield United, Hartlepool United, Oxford United, Scunthorpe United, Southend United, Torquay United, dan Everton United. Saya tidak heran banyak orang langsung mengarah ke Man Utd bila melihat ‘United’ dalam konteks sepakbola, wajar saja karena Man Utd menguasai papan atas dalam 22 tahun terakhir. Dalam “The Damned United” ini adalah Leeds United yang dimaksudkan. Leeds United? Oh, anda belum pernah mendengar nama klub seperti itu? Dapat dipastikan anda mulai menonton liga Inggris pada pertengahan ‘90an, atau bisa jadi anda seorang glory hunter. Nama Leeds United tidak akan asing bagi mereka yang usianya sudah kepala tiga atau kepala empat. Kalau tidak mau dibilang sudah cukup berumur ya bilang saja kalau anda mempelajari sejarah sepakbola Inggris.

Yang sesungguhnya anda dapatkan dalam film ini bukanlah seluk beluk tentang Leeds United pada masa kejayaannya. Jangan keburu antipati melihat judul filmnya bila anda seorang pendukung fanatik suatu klub. Yang dibahas disini ada 4 klub: Derby County, Brighton & Hove Albion, Leeds United, dan Nottingham Forest. Adalah Brian Clough yang akan anda tonton sepanjang film berdurasi 98 menit ini. Brian Clough? Siapa Brian Clough? Fans Liverpool mungkin tahu anaknya: Nigel Clough yang pernah jadi pemain Liverpool dari tahun 1993 sampai 1996. Brian Clough ini bapaknya Nigel Clough. Brian Clough adalah manager klub Inggris yang mendapat julukan “greatest manager England never had”, dan dia termasuk salah satu dari 5 manager yang mendapat gelar juara liga dengan dua klub yang berbeda. Dan sebagai pemain, Brian Clough adalah seorang striker yang mumpuni seperti Torres, terbukti dari torehan 251 gol dari 274 pertandingan.

Kalau film ini sesungguhnya tentang Brian Clough kenapa judulnya harus bawa-bawa nama klub? Karena di film ini menceritakan perjalanan karir Brian sebagai manager klub sepakbola dan menitik-beratkan di masa-masa terendah pada karirnya yaitu ketika menangani Leeds. Dikatakan sebagai masa terendah karena sebelumnya dia terkenal sebagai manager muda berbakat dengan prestasi membanggakan. Bayangkan saja, membawa Derby County promosi ke First Division (sekarang Premiere League) dan juara Second Division (sekarang Championship) hanya dalam setahun, prestasi yang cukup membanggakan bila melihat saat itu Derby sedang terancam degradasi ke Third Division. Lalu setelah tiga tahun berada di First Division, Brian membawa Derby menjadi juara liga. Ketika menangani Nottingham Forest pun dia berhasil membawa Forest promosi ke First Division dalam dua tahun, dan menjadi juara First Division setahun setelah promosi. Dua gelar juara European Cup pun berhasil Brian raih ketika menangani Forest. Namun berbeda ketika Brian menangani Leeds, tidak ada hingar binger menyertainya, malah dia dipecat 44 hari setelah dia ditunjuk sebagai manager Leeds. Saya tidak akan menceritakan tentang karir Brian di Brighton & Hove Albion karena memang itu tidak banyak dibahas di film.

Apa sebenarnya rahasia Brian Clough bisa sesukses itu ketika menangani Derby dan Forest? Ego, dan Don Revie. Siapa lagi Don Revie? Dia adalah manager Leeds sebelum Brian. Revie harus mengundurkan diri sebagai manager Leeds karena dia menjadi manager timnas Inggris. Revie dan Brian adalah dua manager yang memiliki perbedaan filosofi dalam sepakbola. Revie dikenal dengan permainan keras dan penuh fisiknya, sementara Brian lebih dikenal dengan permainan fairplay nya. Brian menaruh semacam dendam pada Revie dan berambisi untuk mengalahkan kesuksesan Revie. Ambisi yang terpicu dendam itu bermula ketika Derby harus menjamu Leeds dalam pertandingan cup, ketika itu Revie mengacuhkan Brian yang mengulurkan tangan untuk bersalaman. Sejak saat itu Brian berambisi membawa Derby menuju First Division supaya bisa bertemu dengan Leeds dan mengalahkan kesuksesan Revie yaitu dengan memenangkan kejuaraan kontinental. Brian terkenal sering mengeluarkan komentar kontroversial seperti dengan terang-terangan mengatakan bahwa Leeds adalah juara yang tidak terhormat karena mereka bermain kotor. Uniknya, sebelum menjadi manager timnas Inggris, Revie merekomendasikan Brian sebagai penggantinya di Leeds kepada para petinggi klub. Namun karena ego dan komentar-komentarnya, Brian malah tidak disenangi oleh pemain-pemain Leeds padahal dialah manager klub. Itulah salah satu hal yang membuat Brian tidak dapat mengulang kesuksesannya bersama Derby di Leeds. Hasilnya, hanya 44 hari lalu Brian dipecat.

Satu tokoh yang tak kalah penting dalam film ini (juga dalam karir Brian Clough) adalah Peter Taylor, asisten Brian ketika di Derby. Salah satu penyebab kegagalan Brian di Leeds bisa dikatakan karena dia berpisah dengan Peter yang lebih memilih tetap di Brighton ketimbang ikut Brian ke Leeds. Terbukti setelah mereka bersatu kembali di Nottingham Forest, 1 gelar juara liga dan 2 gelar juara kontinental mereka dapatkan.


Film ini memiliki pesan moral yang cukup bagus. Layak ditonton di waktu luang sebagai pelepas penat karena tidak berat, hanya saja jangan menonton dengan anak kecil karena ada cukup banyak umpatan. Dan bagi penikmat aksen British, silakan tonton film ini, semua pemerannya beraksen British yang kental. Rating 7,6 di IMDb membuktikan bahwa film ini bukanlah film kacangan.