Saya sering menonton film dalam rangka menikmati solitude.
Beberapa minggu yang lalu ketika sedang ber-solitude-ria saya menonton “The
Damned United”, yang merupakan hasil adaptasi oleh Peter Morgan dari sebuah
novel bestseller karya David Peace: “The Damned Utd”. Film ini tentang
sepakbola, olahraga yang digemari banyak orang dari berbagai kalangan. Posting
kali ini saya akan bercerita sedikit tentang film “The Damned United”
ini.
The Damned United. Film hasil arahan sutradara Tom Hooper
ini dirilis tahun 2009. Bagi penggemar sepakbola, terutama penggemar liga
Inggris atau biasa disebut BPL (Barclays Premiere League), nama United pasti
tidak asing. Namun jangan salah tafsir bahwa Manchester United yang akan
diangkat dalam film ini. Maaf fans Man Utd, bukan karena saya fans Liverpool
saya bilang begitu, memang dalam film ini sama sekali tidak ada Man Utd. Karena
faktanya banyak klub lain lain yang bernama belakang ‘United’, seperti: West
Ham United, Newcastle United, Carlisle United, Colchester United, Peterborough
United, Rotherham United, Sheffield United, Hartlepool United, Oxford United,
Scunthorpe United, Southend United, Torquay United, dan Everton United.
Saya tidak heran banyak orang langsung mengarah ke Man Utd bila melihat ‘United’
dalam konteks sepakbola, wajar saja karena Man Utd menguasai papan atas dalam
22 tahun terakhir. Dalam “The Damned United” ini adalah Leeds United yang
dimaksudkan. Leeds United? Oh, anda belum pernah mendengar nama klub seperti
itu? Dapat dipastikan anda mulai menonton liga Inggris pada pertengahan ‘90an,
atau bisa jadi anda seorang glory hunter. Nama Leeds United tidak akan asing
bagi mereka yang usianya sudah kepala tiga atau kepala empat. Kalau tidak mau
dibilang sudah cukup berumur ya bilang saja kalau anda mempelajari sejarah
sepakbola Inggris.
Yang sesungguhnya anda dapatkan dalam film ini bukanlah
seluk beluk tentang Leeds United pada masa kejayaannya. Jangan keburu antipati
melihat judul filmnya bila anda seorang pendukung fanatik suatu klub. Yang
dibahas disini ada 4 klub: Derby County, Brighton & Hove Albion, Leeds
United, dan Nottingham Forest. Adalah Brian Clough yang akan anda tonton
sepanjang film berdurasi 98 menit ini. Brian Clough? Siapa Brian Clough? Fans
Liverpool mungkin tahu anaknya: Nigel Clough yang pernah jadi pemain Liverpool
dari tahun 1993 sampai 1996. Brian Clough ini bapaknya Nigel Clough. Brian
Clough adalah manager klub Inggris yang mendapat julukan “greatest manager England never had”,
dan dia termasuk salah satu dari 5 manager yang mendapat gelar juara liga
dengan dua klub yang berbeda. Dan sebagai pemain, Brian Clough adalah seorang
striker yang mumpuni seperti Torres, terbukti dari torehan 251 gol dari
274 pertandingan.
Kalau film ini sesungguhnya tentang
Brian Clough kenapa judulnya harus bawa-bawa nama klub? Karena di film ini
menceritakan perjalanan karir Brian sebagai manager klub sepakbola dan
menitik-beratkan di masa-masa terendah pada karirnya yaitu ketika menangani
Leeds. Dikatakan sebagai masa terendah karena sebelumnya dia terkenal sebagai
manager muda berbakat dengan prestasi membanggakan. Bayangkan saja, membawa
Derby County promosi ke First Division (sekarang Premiere League) dan juara
Second Division (sekarang Championship) hanya dalam setahun, prestasi yang cukup
membanggakan bila melihat saat itu Derby sedang terancam degradasi ke Third
Division. Lalu setelah tiga tahun berada di First Division, Brian membawa Derby
menjadi juara liga. Ketika menangani Nottingham Forest pun dia berhasil membawa
Forest promosi ke First Division dalam dua tahun, dan menjadi juara First
Division setahun setelah promosi. Dua gelar juara European Cup pun berhasil
Brian raih ketika menangani Forest. Namun berbeda ketika Brian menangani Leeds,
tidak ada hingar binger menyertainya, malah dia dipecat 44 hari setelah dia
ditunjuk sebagai manager Leeds. Saya tidak akan menceritakan tentang karir
Brian di Brighton & Hove Albion karena memang itu tidak banyak dibahas di
film.
Apa sebenarnya rahasia Brian Clough
bisa sesukses itu ketika menangani Derby dan Forest? Ego, dan Don Revie. Siapa
lagi Don Revie? Dia adalah manager Leeds sebelum Brian. Revie harus
mengundurkan diri sebagai manager Leeds karena dia menjadi manager timnas
Inggris. Revie dan Brian adalah dua manager yang memiliki perbedaan filosofi
dalam sepakbola. Revie dikenal dengan permainan keras dan penuh fisiknya,
sementara Brian lebih dikenal dengan permainan fairplay nya. Brian menaruh
semacam dendam pada Revie dan berambisi untuk mengalahkan kesuksesan Revie.
Ambisi yang terpicu dendam itu bermula ketika Derby harus menjamu Leeds dalam
pertandingan cup, ketika itu Revie mengacuhkan Brian yang mengulurkan tangan
untuk bersalaman. Sejak saat itu Brian berambisi membawa Derby menuju First
Division supaya bisa bertemu dengan Leeds dan mengalahkan kesuksesan Revie
yaitu dengan memenangkan kejuaraan kontinental. Brian terkenal sering
mengeluarkan komentar kontroversial seperti dengan terang-terangan mengatakan
bahwa Leeds adalah juara yang tidak terhormat karena mereka bermain kotor. Uniknya,
sebelum menjadi manager timnas Inggris, Revie merekomendasikan Brian sebagai
penggantinya di Leeds kepada para petinggi klub. Namun karena ego dan
komentar-komentarnya, Brian malah tidak disenangi oleh pemain-pemain Leeds
padahal dialah manager klub. Itulah salah satu hal yang membuat Brian tidak
dapat mengulang kesuksesannya bersama Derby di Leeds. Hasilnya, hanya 44 hari
lalu Brian dipecat.
Satu tokoh yang tak kalah penting dalam
film ini (juga dalam karir Brian Clough) adalah Peter Taylor, asisten Brian
ketika di Derby. Salah satu penyebab kegagalan Brian di Leeds bisa dikatakan
karena dia berpisah dengan Peter yang lebih memilih tetap di Brighton ketimbang
ikut Brian ke Leeds. Terbukti setelah mereka bersatu kembali di Nottingham
Forest, 1 gelar juara liga dan 2 gelar juara kontinental mereka dapatkan.
Film ini memiliki pesan moral yang
cukup bagus. Layak ditonton di waktu luang sebagai pelepas penat karena tidak
berat, hanya saja jangan menonton dengan anak kecil karena ada cukup banyak
umpatan. Dan bagi penikmat aksen British, silakan tonton film ini, semua
pemerannya beraksen British yang kental. Rating 7,6 di IMDb membuktikan bahwa
film ini bukanlah film kacangan.