Udah cukup lama saya gak posting. Alasan kerja mungkin terdengar agak klise, alasan capek juga sama aja. Sebenarnya bisa aja tiap sepulang kerja saya sempetin nulis sedikit demi sedikit terus kalo udah kelar numpang posting di kantor. Emang dasarnya saya agak males orangnya. Mumpung libur saya nyoba posting lagi. Karena lagi musim long weekend saya punya cukup banyak waktu untuk nonton film. Bisa nonton film bagus di waktu libur dan melupakan pekerjaan sejenak itu merupakan hal yang luar biasa. Kalo gak percaya tanya aja temen saya yang namanya Daud Sihombing.
Dirilis pada tanggal 25 Desember 2013 di Amerika bukan berarti film ini tentang Natal. Malahan sama sekali gak ada Natal di film ini. The Secret Life of Walter Mitty (mari kita singkat TSLWM demi mempermudah saya ngetik) sukses bikin saya tertarik buat nonton karena rating IMDb nya. Saya emang sering jadiin rating IMDb sebagai tolok ukur seberapa must-watch sebuah film. Biasanya rating IMDb bicara fakta, rating tinggi berarti filmnya bagus. TSLWM ini diponten 7.5 oleh IMDb, sebuah indikator film ini layak ditonton.
Walter Mitty adalah pemeran utama di film ini. Seperti film Si Doel yang disutradarai oleh pemeran utama, TSLWM ini disutradarai oleh Ben Stiller yang juga main sebagai Walter Mitty. Oh iya, Ben Stiller juga salah satu produser di film ini. Maruk emang dia. Untung dia gak sekalian jadi camera person dan lightman. Kalo sampai Ben Stiller ngerangkap itu juga di TSLMW, dia cukup layak untuk disembah.
Film ini bercerita ttg kehidupan Walter Mitty, seseorang yang suka mengkhayal dan bekerja sebagai seorang karyawan di perusahaan penerbit majalah LIFE. Perusahaan tempatnya kerja itu beralih dari majalah cetak ke online, masalah yang umum terjadi di era digital. Posisi Walter di kantor termasuk calon posisi yang akan dihapus karena peralihan tersebut. Lalu ada bumbu romantisme di dalam TSLWM dimana Walter jatuh hati sama teman kantornya yang beda divisi. Secara gak langsung TSLWM yang diangkat dari cerpen buatan James Thurber ini meng-encourage penontonnya untuk mengikuti passionnya. Secara keseluruhan sih pengemasan cerita di TSLWM ini cukup baik menurut saya sebagai seorang yang awam tentang film.
Kalo saya ceritain semua disini bakal gak seru filmnya nanti, mending tonton langsung aja. Nonton sendiri boleh, nonton rame-rame juga gak apa-apa. Saya yakin bakal ada beberapa hal yang bisa kalian suka dari film berdurasi 114 menit ini. Saya pribadi seneng dengan beberapa sudut-sudut pengambilan gambar di film ini, coloring nya, scene Iceland nya, motto majalah LIFE, komedi agak konyol ala Ben Stiller yang sedikit mirip di film Night At The Museum, lagu Dirty Paw punya Of Monster And Men buat backsound, ending credit yang asik, penggalan kehidupan fotografer alam liar, dan dengan fotografi analog. Sementara menurut pengakuan (lagi-lagi) Daud via chat di Line dia seneng sama Iceland, Jansport, skateboard, dan Space Oddity.
TSLWM ini udah pasti makan budget gede karena ada scene di Iceland. Ada scene Greenland dan Afganistan di film ini tapi itu syutingnya tetep di Iceland. Keren, karena pas scene Afganistan gak keliatan Iceland nya. Mungkin juga karena saya belum pernah ke Iceland atau Greenland ataupun Afganistan jadi saya bisa dibodohi dan tetep bilang “keren”. Biarlah, suatu saat saya pasti bisa main kesana, amien. Ke-keren-an yang lain adalah pesan terselubung yang dimiliki film ini gak cuma satu, ada beberapa, keren. Yang pasti setelah nonton ini gak akan ngerasa nyesel ngebuang waktu liburan selama 114 menit. Trust me, it works!